PONTIANAK – Jurnalis Perempuan Khatulistiwa (JPK) menggelar Lokakarya dan Fellowship Jurnalis pada 11-12 Juli 2024 di Hotel Neo Pontianak.
Pemateri, Aris Munandar mengatakan dalam kegiatan ini menyampaikan ada dua komponen yang menjadi bahan diskusi, yaitu keterampilan teknis membuat atau mengemas tulisan agar dapat dipahami oleh pembaca. Selain itu, keterampilan dalam pengayaan terhadap isu-isu perempuan.
“Kita hanya melakukan penguatan-penguatan soal isu perempuan dan mengemas itu menjadi sebuah laporan jurnalistik yang menarik,” katanya saat diwawancarai oleh awak media.
Menurut Aris, peran untuk perempuan tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Dirinya menyebut kehidupan perempuan sebagai pewaris tradisi.
“Tentu tidak bisa dipisahkan kehidupan perempuan, karena perempuan salah satu pewaris tradisi dan tradisi selalu berkaitan dengan aspek-aspek kearifan lokal dalam menjaga lingkungan,” ujarnya
Dikatakan Aris, perempuan dan anak sering terdampak atau menjadi korban dari degradasi lingkungan.
Namun, Aris menyoroti ada juga peran-peran perempuan yang sentral mempengaruhi pola pikir dan wawasan masyarakat lokal.
Selain itu, Aris mengatakan untuk para jurnalis yang ingin melakukan liputan terkait isu lingkungan bisa memahami konteksnya.
“Sebenarnya yang dapat dipahami itu konteks isunya lebih dulu,” ungkapnya.
Aris mengatakan untuk lebih mendalami pengayaan wawasan agar konteks isu tersebut dapat dipahami.
“Yang mungkin isu ini dianggap domestik atau tidak relevan. Namun ketika dikemas ternyata isu ini sangat kompleks dan sangat penting untuk mengedukasi masyarakat melalui pemberitaan,” pungkasnya.
Kemudian disisi lain, Ketua JPK, Ashanty Pahlevi mengatakan kegiatan ini sebagai tindakan afirmasi isu gender terutama perempuan terkait isu lingkungan.
“Agar isu lingkungan itu bisa menjadi isu yang juga dituliskan oleh perempuan. Terutama sudut pandang perempuan sebagai kelompok yang dikedepankan dalam isu ini,” katanya.
Pahlevi menyoroti peran perempuan dalam melakukan peliputan isu lingkungan masih minim, dan kebanyakan didominasi pria.
“Jadi kegiatan ini dilaksanakan untuk menciptakan ruang redaksi agar dapat menulis berita secara koherensif dengan sudut perempuan,” ujarnya.
Pahlevi mengatakan alasan JPK mengadakan kegiatan ini dan lebih menekankan sudut pandang terhadap perempuan karena agar tindakan afirmasi terlaksana.
“Kalau bukan perempuan, siapa lagi yang bisa melakukan tindakan afirmasi ini,” pungkasnya.
Sementara sama halnya, Ketua Divisi Good Government Gemawan, Sri Haryanti mengatakan isu gender dan lingkungan saling berhubungan dan juga berpengaruh terhadap sumber kehidupan sehari-hari masyarakat.
Kemudian menurut Sri, peran perempuan dinilai cukup besar dalam memutuskan sebuah keputusan.
“Perempuan sangat memegang peran kunci terkait dengan pengelolaan sumber daya alamnya, kemudian dari lingkungan itu sendiri, sehingga perempuan berperan untuk mengambil keputusan di kehidupannya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sri mengatakan masih minimnya keterlibatan perempuan didalam pengelolaan sumber daya alam untuk mengambil keputusan.
“Kalau kita lihat tadi bahwa banyak peran-peran perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam tetapi masih kurang di dalam bagaimana kemudian mereka dilibatkan untuk mengambil keputusan,” pungkasnya. (Widad)