PKBI Kalbar Kenalkan Layanan Online Telemedicine Untuk Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja
PONTIANAK – Pandemi yang melanda tak membuat kinerja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kalbar kendor dalam memberikan edukasi menyoal kesehatan reproduksi (kespro) remaja.
Di masa new normal seperti sekarang ini, PKBI malah menghadirkan edukasi gaya baru guna menjangkau elemen masyarakat, terutama remaja dengan kegiatan Kick Off Program Respon pelayanan dengan mekanisme baru.
Yups, PKBI mengandalkan telemedicine. Telemedicine adalah layanan kesehatan online PKBI yang bisa diakses dari mana saja, baik dari rumah dengan smartphone tanpa banyak tenaga untuk sekedar tahu informasi kesehatan reproduksi.
“Ini adalah kegiatan pertama PKBI di era new normal. Kita manfaatkan layanan online telemedicine. Baik itu layanan medis, konsultasi psikologis, khususnya kesehatan reproduksi remaja,” kata Direktur Eksekutif PKBI Kalbar, Sudi Harisman, Kamis (2/12/2021).
Untuk memaksimalkan ini, pihaknya pun menggandeng pemerintah dan sekolah dalam mengenalkan edukasi layanan online ini.
“Jelas kita mendapat dukungan pemda. Dukungan guru perlu dalam mempersiapkan murid-murid agar komunikasi informasi dan edukasi (KIE). Terutama kesehatan reproduksi bisa mereka ketahui,” paparnya.
Rencananya, kegiatan ini akan berlangsung hingga 22 bulan ke depan. Hari ini merupakan kegiatan pertama.
“Persoalan remaja adalah persoalan bersama. Semoga dengan kegiatan ini akan banyak remaja bisa memahami apa itu kesehatan reproduksi,” terangnya.
Kegiatan ini juga menghadirkan para pakar di bidang kesehatan reproduksi remaja. Hadir, Yuyun Yuniarti sebagai pemateri yang juga Kepala Sekolah SMPN 1 Pontianak.
Ia adalah salah satu guru yang menyusun silabus tentang kesehatan reproduksi remaja di Kota Pontianak.
Ia mengakui, jumlah remaja yang mengenal pacaran tak hanya di usia remaja tapi usia anak pun sudah mengenal istilah itu.
Faktanya, kata dia terjadi peningkatan jumlah remaja yang sudah mengetahui persoalan seks di usia dini.
“Mereka tahu soal seks tapi mereka tak paham akan dampaknya seperti apa. Ini yang ingin kita fokuskan bagaimana memberikan pembelajaran yang masif kepada anak bahwa ada dampak merugikan saat melakukan hubungan pra nikah itu,” paparnya.
Pelibatan tak hanya orangtua tapi guru sangat penting untuk mengingatkan bahwa persoalan kespro remaja bukan persoalan sepele.
“Makanya harus ada penekanan saat kita mengedukasi mereka. Terutama dampak saat mereka melakukan hubungan itu. Nah, jadi tugas bersama dalam melihat persoalan ini lebih luas,” ucapnya.