Niken Manohara, Pejuang Literasi Batas Negeri
Tampak perempuan keluar dari aula kedatangan Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Ia tak sendiri, ditemani dua orang berseragam coklat. Perempuan itu bernama Niken Manohara. Ini pertama kali ia menginjakan kaki di provinsi berbatasan dengan Malaysia itu pada 2014 silam.
Disambut cuaca panas. Menerpa wajah anggun wanita yang disapa ‘bu dokter’ ini. Tak tampak risih. Seperti senang menikmati cuaca baru di tanah Borneo itu. Bau aspal panas berbaur debu menyebar di kakinya. Cahaya matahari terik menghangatkan punggung tangan yang tak terlindungi.
‘Selamat Datang di Kalimantan Barat ibu’ seruan suara-suara menyambut dirinya kala itu.
Hangat. Itu kesan pertama yang dirasa. Membuat tenang. Raut-raut wajah bersahabat di tanah baru tak terlupakan.
dr Niken Manohara adalah istri Kapolda Arief Sulistyanto. Suaminya, baru dillantik menjadi orang nomor satu di Mapolda Kalbar.
Sebagai istri, ia wajib mendampingi sang suami kala bertugas. Dimanapun sang suami ditempatkan, tak pernah lupa sejumlah koleksi buku ia bawa. Bukan apa-apa, tapi Niken tak pernah jauh, apalagi lepas dari buku.
Hobinya membaca. Bagi dia, buku adalah teman terbaiknya setelah keluarga. Ia percaya, buku mampu membawa perubahan besar. Mampu menjelajah mimpi. Menembus batas dunia, dan menghilangkan sekat ketidaktahuan.
Ia ingin membawa misi ‘buku’ dalam agenda utamanya. Ia belajar tentang Kalbar. Buku adalah penjembatan ilmu dalam meningkatkan literasi. Bisa dibilang, Niken mencoba membuka pemahaman warga tentang informasi dunia. Buku adalah sarananya. Jika berhasil maka otimatis literasi bisa tercapai.
Di Kalbar, ia belajar tentang masyarakat, geografi, budayanya hingga tak segan mendampingi suami ke daerah perbatasan. Bahkan, pedalaman. Baginya, tak jadi soal.
Kalbar memiliki luas 147.307,00 km². Penduduknya, sekitar 5.414.390 jiwa, dengan kepadatan 37 jiwa/km2. Kalbar berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia.
Sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut. Memiliki puluhan pulau besar dan kecil yang tersebar.
Terbaru, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Barat masih di nilai 66,26. Sedangkan IPM nasional adalah 70,89. Nilai ini menempatkan Kalbar di nomor 29. Dari data itu, ia paham kebutuhan membaca sangat penting. IPM daerah harus digairahkan dengan pola internal dan langsung.
“Saya lakukan mapping. Apa yang bisa kita bangun untuk wilayah perbatasan, dan pedalaman,” katanya.
Satu yang pasti ia dapat dalam kunjungan itu. Kalbar tidak boleh dianggap sebelah mata. Ia harus membangun taman bacaan, memanfaatkan bangunan tak terpakai untuk diubah jadi taman bacaan bersama. “Jangan sampai ada yang menganggap sepele Kalbar, terutama perbatasan. Harus bagus. Ini tantangan bagi saya,” katanya.
Ide Taman Bacaan
Keinginan mendirikan taman bacaan makin kuat. Daerah perbatasan belum banyak memiliki taman bacaan. Begitu juga daerah pedalaman, minim akses apalagi tempat membaca. Pikirnya, bagaimana mau meningkatkan literasi jika pemahaman membaca dan akses informasi saja masih lemah.
Niken langsung mewujudkan hal itu. Tanpa menunda. Berbekal pengetahuan itu seputar Kalbar, Niken mengkondisikan para istri kapolres setempat terlibat urunan proyek taman bacaan ini. Konsepnya, harus sederhana, tanpa banyak keluar biaya.
Satu per satu, mulai dari Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang hingga Kapuas Hulu menyatakan siap membantu. “Semuanya saya hubungi. Awalnya saya pancing, ternyata istri kapolres mau bergabung,” ujarnya.
Pemilihan lokasi pun tak sembarangan. Harus rumah atau bangunan tak terpakai. Milik institusi atau lembaga pemerintah. Harus juga kawasan perbatasan dan desa tertinggal dan terpencil.
“Kita mencari lokasi-lokasi strategis. Tidak sekedar buat taman bacaan saja,” ucapnya.
Pembangunan taman bacaan dimulai. Cukup sederhana. Tak membangun baru, tapi merenovasi bangunan milik pemerintah atau kepolisian yang tak berpenghuni. Tujuan utamanya, teman bacaan itu nantinya bisa jadi tempat atau sarana warga setempat berkumpul, berdikusi dan berkegiatan positif .
“Biar melek informasi saja. Zaman teknologi masuk desa, pemahaman literasi harus kita sampaikan,” ucapnya.
Dana pun dilakukan sumbangan. Begitu juga dengan buku-buku. Disesuaikan dengan minat baca di setiap wilayah taman bacaan.
Tantangan di Tengah Kemelut Batas Negeri
Dari taman bacaan yang sudah Niken rintis, banyak yang berkesan. Banyak cerita, perjuangan, hingga cerita haru.
Dusun Camar Bulan, Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat paling menyedot perhatian publik. Kebetulan sebelum dibangun, ada konfik saling klaim batas patok wilayah Indonesia-Malaysia.
Sebagai warga Indonesia yang sangat mencintai negerinya itu, Niken berpikir bagaimana membuat ‘tanda’ bahwa ini adalah batas wilayah Indonesia. Ide taman bacaan pun terbersit. Bersama sejumlah rekannya, ia langsung merealisasikan tempat itu.
Butuh perjuangan, tapi alhasil, menjadi langkah besar bagi Niken dan para Bhayangkari di sana. Taman bacaan di batas negeri, perbatasan antara Indonesia-Malaysia dinamakan Taman Bacaan Kemala Cinta Indonesia yang diresmikan pada November 2014 silam.
Taman bacaan yang representatif jadi tanda krusial tempat wilayah saat itu.
Tak sampai di situ, area lokasi pedalaman hingga perbatasan jadi kunci strategis program taman bacaan itu. Perbatasan seperti di Sajingan Besar Kebupaten Sambas. Kecamatan Jagoi Babang di Kabupaten Bengkayang. Desa Senaning di Kabupaten Sintang hingga Nanga Badao Kabupaten Kapuas Hulu.
“Kita pilih yang memang berbatasan dengan Malaysia. Itu kan pintu masuk wilayah kita. Jadi, harus bagus. Harus baik. Tidak diremehkan kita,” ungkapnya.
Untuk taman bacaan di Nanga Badao, Kabupaten Kapuas Hulu dibuka bertepatan dengan kemerdekaan RI.
Berlanjut, di Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya. Cukup pelosok tempatnya. Bangunan tua rusak di sebuah bukit. Bangunan itu tertutup pepohonan rindang. Cukup menyeramkan. Tapi, punya pemandangan indah saat tiba di atas bukit. Namanya juga taman bacaan Kemala Cinta Indonesia.
Tak butuh lama direnovasi, dicat, diperbaiki secukupnya. Tempat itu pun kini jadi area warga berdiskusi sambil menikmati suguhan latar indah pemandangan.
Tak sampai di situ, bahkan ia merenovasi bangunan tua di Kecamatan Siding. Letaknya juga di atas bukit. Bedanya, di sebelah bukit itu adalah perbatasan Malaysia. Sekarang, bangunan itu tak hanya jadi tempat membaca, tapi juga berkumpul.
Cerita seru juga saat ia membangun taman bacaan di Kota Singkawang. Malah lebih seru lagi. Wanita berjilbab ini bahkan menerobos mitos dan anggapan warga sekitar.
Mereka yakin rumah bekas wisma Bhayangkara itu berhantu. Tak ada yang berani masuk ke rumah itu. Apalagi, berencana dijadikan taman bacaan. Tapi, ketakutan warga sekitar tak buat ia mundur.
Rumah yang dikatakan berhantu itu, ia cat. Lampu ditebar di sejumah ruangan. Untuk memudahkan sinar matahari masuk, sekat tembok dibuka lebar.
Tak hanya itu, ia meminta agar rumah itu ‘dibacakan’. Ustad pun diundang untuk menghilangkan aura negatif. Alhasil, rumah dicap berhantu kini menjadi salah satu taman bacaan terbaik Kalbar.
Piih Konsep Cinta Tanah Air
Puluhan taman bacaan itu diberi nama Kemala Cinta Indonesia. Bukan nama sembarangan tapi nama identik dengan kaum wanita kuat Bhayangkara. Ada banyak cerita di setiap tamana bacaan yang di bangun.
Tak hanya soal membaca, tapi soal kepakaan sosial akan lingkungan sekitar. Sebagai ibu pejabat nomor satu di Kalbar, tak hanya ikut suami dalam tugas tapi ikut terlibat dalam program daerah.
Kemala Bhayangkari adalah dua nama yang identik dengan institusi coklat ini. Tapi, bagi Niken, dua nama ini sarat makna. Mengingatkan akan perjuangan para Bhayangkari di kawasan terpencil, pedalaman hingga perbatasan.
Ini juga merupakan wujud Bhayangkari yang mencintai tanah air Indonesia dengan membuat taman bacaan di perbatasan dan pedalaman negeri.
“Taman bacaan ini untuk untuk negeri. Untuk anak bangsa karena kecintaan kita terhadap negara kita. Tak boleh negara kita jadi terbelakang. harus maju,” katanya.
Kegiatan ini tak hanya melibatkan dirinya saja tapi Bhayangkari juga terlibat aktif. Ini jadi pengingat, bahwa ada cinta Indonesia di taman bacaan itu.
“Kita dedikasikan akan cinta kita terhadap negara . Ada maksud di setiap taman bacaan. Semua tentang cinta Indonesia,” ujarnya.
Cerita Panjang Pejuang Batas Negeri
Banyak pengalaman Ia dan rekan Bhayangkari alami. Bisa jadi kisah panjang diceritakan. Taman bacaan adalah dedikasi Niken untuk Kalbar. Naik bukit, perjalanan jauh hingga melintasi sungai pun tak mengendorkan semangat.
Baginya itu adalah pengalaman tak terlupakan. Banyak cerita pastinya, terutama bagaimana semangat warga dalam menyambut taman bacaan. Mungkin jadi satu-satunya tempat mereka membaca buku gratis. “Ada kebanggan tersendiri bagi kami, sebagai pelayanan masyarakat,” ujarnya.
Puas melihat hasil, meskipun tak lagi bertugas di Kalbar. Ia kini bisa menabur jerih payah karena banyak taman bacaan yang sudah di bangun berhasil jadi area warga yang bermanfaat.
Kiprah yang Menularkan Inspirasi
Kipran Nike menajdi inspirasi banyak pihak hingga saat ini. Mugkin bisa dibilang, dia adalah satu-satunya perempuan Bhayangkari pertama yang mampu membuat puluhan taman bacaan di seluruh kalbar. Dari desa hingga dusun. Dari bangunan terbengkalai, jadi penuh bersinar.
Perjuangan ibu dua anak ini tak mudah. Dari bangun tengah malam, subuh, menyeberang sungai, hutan hingga medan sulit tak terhitung jumlahnya. Ia hanya ingin meninggalkan jejak baik di setiap wilayah yang ia singgahi.
Ada cerita dan makna perjuangan untuk mewujudkan setiap taman bacaan. Tak sia-sia, usahanya banyak diapresiasi pemangku setempat dan warga sekitar.
“Kita mengandalkan anggaran sendiri. Bukan pemerintah, Biar bisa dingat itulah jerih payah kita untuk mewujudkan setiap taman bacaan. Ada peluh keringat dan perjuangan ke sana,” ujarnya.
Tak banyak yang dicita-citakan Niken saat di Kalbar. Ia berharap apa yang sudah dilakukan bisa memberi dampak untuk warga sekitar.
Hasilnya, puluhan taman bacaan di batas negeri, hingga pelosok kawasa Kalbar penuh manfaat. Bahkan, beberapa taman bacaan itu diberi penghargaan hingga tingkat nasional.
Hal kecil dari hobi, lalu ditularkan nyatanya bawa dampak siginifikan bagi orang lain. Jejak-jejak harapan yang Niken tinggalkan untuk warga Kalbar, akan tumbuh untuk generasi berikutnya. (wati susilawati)