Masjid Perempuan, Lahirkan Pemikir Spiritual yang Cerdas dan Madani
Oleh: Yuli
Namanya Mirani Mauliza. Berusia 39 tahun dan cukup dikenal di kalangan perempuan Kota Pontianak dan sekitarnya, terutama para muslimah yang menjadi followers setianya dalam kajian, diskusi hingga pelatihan keperempuanan.
Mottonya ‘ Jadilah perempuan cerdas tak sekadar pintar. Cerdas secara spiritual dan pemikiran’. Semua dibahasnya, mulai dari isu rumah tangga, ekonomi keluarga, ketahanan dalam keluarga hingga pemberian pelatihan usaha gratis kepada para perempuan agar mandiri dan terlatih.
Ia sosok perempuan mengispirasi di bidang dakwah. Tak banyak da’i perempuan seperti Mirani. Dakwahnya menyasar kaum perempuan yang rentan dan labil dalam hal pemikiran dan mudah terpengaruh. Setiap ceramahnya selalu tegas, jelas dan solutif, Ini dirasa pas untuk menguatkan mental perempuan yang tertimpa persoalan domestik akhir-akhir ini.
Pada Maret 2021 lalu, dia mulai mewujudkan mimpinya untuk pembangunan kawasan peradaban wanita yang dimulai dengan pembangunan sebuah Masjid yang diberi nama Masjid Al Hijrah.
TAMPIL dalam berbagai seminar dan pengajian khusus bagi kaum perempuan, Mirani Mauliza kini menjadi inspirasi bagi banyak perempuan di belahan bumi Nusantara. Tak hanya di Pontianak, tempatnya menetap bersama suami serta ketiga buah hatinya, Mirani juga kerap melanglang di banyak daerah. Lebih dari seratus kota di Indonesia, hanya untuk membagi pengalaman, memberi pencerahan dan menjadi inspiratif.
Aktivitasnya tak hanya menjadi narasumber, memberi pencerahan lewat pengajiannya, aksi nyata juga ditunjukkan dengan memperhatikan anak-anak yatim serta para santri dengan membagi sedekah secara rutin, hingga memberangkatkan umroh.
Perjalanan hijrahnya dimulai tahun 2016, sejak ia menerbitkan buku Hijrah Ekstrem yang menjadi best seller. Buku ini mengisahkan perjalanan hidup Mirani yang penuh warna, hitam dan putih. Badai kehidupan yang sempat membuat perempuan kelahiran Medan 17 Desember 1982 ini putus asa, namun diakhiri dengan kebahagiaan dan rasa syukur.
Kesadaran dan rasa sujud menyerahkan diri sepenuhnya kepada Sang Maha Kasih, Allah SWT membuat perempuan yang hobi membaca dan traveling ini bangkit, dan bertekad menyebar kebaikan bagi semua orang, terutama bagi kaum hawa. Ia pun memilih menjadi inspirator ketimbang ustadzah. Keputusannya didukung sang suami Adi Pratama Larisindo, pimpinan Pondok Munzalan Ashabul Yamin, serta pengasuh Pondok Digital Pontianak.
“Saya hanya ingin hidup saya bermanfaat bagi banyak orang. Saya ingin rahmatan lil’alamin, menyebarkan kebaikan dan membuat bahagia orang-orang yang berada di dekat saya. Dari keluarga, suami, anak-anak, mertua dan siapapun,” tutur Mirani.
Karena tekad itulah, waktunya banyak dihabiskan untuk banyak kegiatan. Dari pagi hingga sore, ia harus mengisi panggilan ceramah atau seminar di berbagai daerah. Dia ingin menjadi perempuan yang produktif yang bermanfaat bagi orang lain. Urusan waktu, menjadi sesuatu yang musti dikelola secara kualitas.
Meski hanya punya waktu sedikit bagi keluarga dan ketiga anaknya, Mirani betul-betul memanfaatkannya secara baik, dan mereka bahagia karena mendapatkan waktu terbaik bersama.
Menurut dia, seorang perempuan harus produktif. Kalau menjadi wanita karir, maka jadilah yang terbaik. Begitu pula menjadi ibu rumah tangga, haruslah menjadi ibu rumahtangga yang produktif. Wanita produktif bagi Mirani, adalah wanita yang punya karya, wanita yang bertanggung jawab terhadap dirinya dunia dan akhirat. “Apapun yang kita lakukan, totalitaslah,” imbuhnya.
Dari pandangan Mirani, dia melihat banyak perempuan yang masih rentan dan labil. Terlebih di jaman teknologi yang menjadi pendukung aktivitas, dari positif hingga negatif. Kondisi seperti inilah yang menguatkan Mirani untuk rajin menggelar pengajian-pengajian di berbagai tempat. Setiap malam Rabu, pengajiannya selalu dipenuhi perempuan dari berbagai usia, sebagian besar ibu rumahtangga. Pengajian yang berlabel Meet and Greet ini bisa diikuti hingga 400-an peserta.
Tak hanya mengkaji ilmu Islam, Mirani juga mengajak kaum perempuan untuk berpikir cerdas. Cerdas secara spiritual, cerdas juga dalam pemikiran. Intinya, perempuan harus mampu mengubah dirinya menjadi sosok yang berkualitas.
Perhatiannya terhadap kaum perempuan, memunculkan ide pendirian masjid atau mushola. Untuk merealisasikannya itu, ia pun sedang membangun masjid khusus perempuan tepatnya suatu kawasan peradaban muslimah, yang tak hanya tempat untuk mengisi kajian dakwah tapi juga tempat diskusi, pelatihan, pendidikan hingga nantinya melahirkan perempuan muslimah yang cerdas spiritual dan pemikiran.
Tak hanya sekedar masjid tapi beragam aktivitas perempuan. Tempat di mana kaum perempuan selain bisa produktif, juga mampu meningkatkan iman dan tauhid.
Bangunan itu diberi nama Kawasan Peradaban Muslimah Al Hijrah. Lokasinya di Jalan Aloevera, Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Lahan seluas 1.320 meter persegi itu, akan didirikan bangunan tiga lantai seluas 40 kali 17 meter persegi.
Peletakan batu pertamanya sudah dilakukan bulan Maret 2021 oleh Wakil Gubernur Kalbar Ria Norsan, Walikota Pontianak Edi Kamtono serta beberapa pejabat daerah. Bangunan ini, diperkirakan membutuhkan anggaran sekira Rp 14 miliar. Pengerjaannya diharapkan bisa dituntaskan paling lama dua tahunan.
Arsitektur bangunan yang diinginkan Mirani begitu megah dan unik. Mirip sebuah perahu layar, berciri khas wanita, dengan ukiran bunga serta warna keemasan. Isi bangunan, antara lain masjid umum ikhwan dan akhwat, kawasan ramah muslimah dan anak, hall berkapasitas 500 orang. Ada pula kolam renang muslimah, fasilitas manasik umroh, rumah hijrah, rumah santri penghapal Quran khusus akhwat, perpustakaan, taman kajian santri, sport center dan lainnya, dilengkapi kawasan free wifi.
Untuk Kawasan Peradaban Muslimah Al Hijrah, Mirani meracik program-program khusus, di antaranya kajian muslimah, kajian samawa, tahfidz class, entrepreneur class, public speaking class, beauty class, cooking class, healty class dan hijrah peduli.
Bentuk bangunannya yang indah dan modern itu, ternyata sudah mengalami delapan kali perubahan yang dilakukan oleh Mirani sendiri. Dia ingin kesan masjid tidak terlalu mencolok, sehingga membuat orang tertarik serta betah berada di dalamnya. Selain ibadah, banyak ilmu yang bisa digali dari sini. Konsepnya memang perempuan banget, tapi tidak menutup pintu untuk kehadiran lelaki.
Masalah pembiayaan yang lumayan besar itu, Mirani tak terlalu pusing. Dia membuka kesempatan masyarakat untuk ikut berdonasi, menambah pahala dengan berinfaq. Selebihnya, minta sama Allah. “Kalau Allah mau, sekejap saja bangunan ini kelar,” kata Mirani.
Kawasan Peradaban Muslimah Al Hijrah menjadi yang pertama di Indonesia. Berpusat di Kota Pontianak yang diharapkan menjadi trendsetter, selanjutnya akan ada di beberapa kota lainnya. Menurut Mirani, Al Hijrah akan dibangun di 13 kota di seluruh Indonesia.
Ketua DMI (Dewan Masjid Indonesia), Ria Norsan mengapresiasi serta memberikan dukungannya atas pembangunan Kawasan Peradaban Muslimah Al Hijrah. “Ini sangat menarik dan patut diapresiasi, karena selain menyediakan tempat beribadah bagi umat muslim juga menjadi wadah pengembangan entrepreneur para wanita muslim,” tutur Ria Norsan yang juga merupakan Wakil Gubernur Kalimantan Barat.
Dia bilang, tempat ini dibangun karena ingin mengajak umat muslim melakukan kebaikan. Hal positif lainnya adalah mengembangkan pelatihan entrepreneur khusus untuk perempuan. Ria Norsan juga berjanji akan membantu pembangunannya adalam bentuk dana hibah.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono juga menyatakan dukungannya terhadap upaya yang dilakukan Mirani, dalam meningkatkan iman dan tauhid para wanita, yang sekaligus membuka peluang usaha sekaligus menjadi pengusaha sesuai bidang yang diinginkan.
“Kita dukung yang dilakukan Mirani dalam mengubah pola pikir para wanita, mengedukasi mereka menjadi lebih produktif dan berkualitas,” kata Edi Kamtono.
Kawasan Peradaban Muslimah Al Hijrah yang pertama di Pontianak, bahkan di Indonesia ini akan menjadi kawasan yang ramah wanita dan anak. “Ini sangat menginspirasi, tidak hanya bagi orang Pontianak tapi juga seluruh umat Islam di Indonesia,” katanya. (**)